Semua berawal dari
sebuah mimpi, mimpi apakah itu? Mimpi untuk membuat dunia sendiri, bayangkan
dunia yang bisa kamu atur segalanya, dari bentuknya, suasananya, latarnya,
hembusan anginnya, orang orang yang tinggal di sana, segalanya yang kamu
inginkan. Itulah mimpiku bagaimana mewujudkannya? Aku memikirkan suatu ide
tehknologi FullDive. Yang memungkinkan orang masuk ke dunia yang aku ciptakan,
anggap saja seperti bermain game tetapi menggunakan tubuhmu sendiri, dengan aku
menjadi Game Masternya. Game master adalah orang yang menciptakan dan berkuasa
penuh akan dunia itu. Itulah dunia yang aku ingin ciptakan. Mimpi itu di mulai
dari dari sebuah janji, pada saat SMA aku menyukai seorang siswi sekelas
namanya Andin. Aku menyukainya tetapi aku tidak punya keberanian untuk
berbicara dengannya. Saking terobsesinya aku sama dia, aku menggambar wajahnya
di buku matematika ku, tanpa aku ketahui seseorang telah mengetahui
kebiasaanku, orang itu bernama Sagas dia
menghampiriku dan mengambil buku matematikaku dan berkata
“kamu suka sama andin ya?”
“ndak!” sautku dengan nada cuek
“kalau ndak suka kenapa menggambar wajahnya di bukumu?”
“aaa dari mana kamu tahu?”
“aku duduk di belakang, aku mengetahui segalanya dengan duduk di belakang”
“yang benar saja?”
“yaa mungkin juga andin menyukaimu”
“bagaimana kamu bisa tahu?”
“karena aku duduk di belakang”
“lakukan sesukamu, tetapi kembalikan bukuku!”
“aku akan mengembalikan bukumu, dengan 1 syarat”
“apaan? Syarat yang aneh aneh tidak akan aku terima”
“kita buat tehknologi FullDive berdua, aku sudah melihat bakatmu dalam
tehknologi”
“jangan bercanda!, jika kau tidak mau mengembalikan bukuku, bawa saja itu aku
tidak perduli” aku mengatakan itu sambil meninggalkan kelas
“tunggu dulu!!” teriak Sagas, tetapi aku tidak menghiraukannya.
sesampainya di rumah aku berusaha melupakan kejadian di kelas tadi, melakukan
kegiatan yang bisa menghibur seperti bermain game, nonton anime dan banyak hal.
Tetapi setiap aku melakukan itu ibuku selalu memarahiku, memarahiku karena menganggap
aku tidak ada tujuan hidup sehingga aku bermalas malasan. Akupun merasa kesal
dan langsung mengunci kamarku. Pada saat aku di dalam kamarku aku memikirkan
perkataan si Sagas tentang menciptakan Tehknologi FullDive, belum hilang
pikiranku ponselku langsung berbunyi, aku mengecek ponselku dan tidak ada nama
kontak yang tertera dalam artian nomor baru, aku mengangkatnya dan ternyata
yang menelponku adalah Si Sagas dia berkata
“aku mau ke rumah si andin sekarang”
“ngapain?” sahutku
“tentu saja untuk menyatakan”
“menyatakan apa? Kamu di mana?”
“di supermarket di distrik 5 mau ke rumahnya si andin, cepat ke sini dan temani
aku”
“tunggu aku di sana, aku akan sampai dalam 5 menit!”
aku menutup ponselku dan langsung pergi ke distrik 5 dengan berlari, kebetulan
rumahku berada di sekitar wilayah itu. Aku berlari sangat cepat sampai sampai
melebihi batasanku. Aku sampai di supermarket yang di maksud dalam waktu tiga
menit aku melihat si Sagas tersenyum ke arahku dengan wajah licik “ayo ke
lokasi” ucapnya tanpa basa basi. Kami berjalan ke rumahnya andin dari
supermarket tadi, ternyata rumahnya tidak terlalu jauh dari kediamanku.
Sesampainya ke rumahnya andin aku langsung ternganga dengan kemewahan rumahnya,
tanpa pikir panjang aku langsung berkata
“ayo dong Gas cepet pencet belnya!”
“kamu pikir itu gampang?” sahutnya
“emang kamu ga pernah mencet bel rumah sebelumnya?”
“pernah sih, tapi kalo perempuan beda lagi ceritanya”
“ooo ternyata kamu Cuma besar mulut aja”
setelah itu Sagas dengan spontan memencet bel rumah tersebut. Lalu setelah
berberapa saat ada orang yang menjawab
“siapa itu?”
“ini aku Sagas sama Bagus temen sekelasnya andin ingin bicara dengan andin”
“tunggu sebentar ya, akan tante panggilkan”
setelah itu wanita itu terdengar seperti memanggil nama Andin berkali kali
“ibunya?” tanyaku kepada Sagas”
“mungkin, tapi itu muda banget ya?”
“mungkin pake sihir awet muda” candaku
tak lama kemudian si Andin keluar rumahnya dan menghampiri kami
“ada apa?” Tanya Andin
‘Aku akan menciptakan Fulldive bersama si Bagus” jawab Sagas
“benarkah?” Tanya Sambil menoleh ke arahku
“cantiknya…” pikirku dalam hati “ aku akan mengurus masalah biologi dan Sagas
masalah mesinnya” jawabku
“jika itu benar, izinkan aku yang menggunakan alat itu untuk yang pertama kalinya”
“oke.. tapi jika mimpi kami terwujud, MENIKAHLAH DENGANKU!” tanpa sadar aku
mengatakah hal yang paling memalukan dalam hidupku. Spontan Andin langsung
berlari ke dalam rumah. Aku merasa menyesal telah mengatakan hal tersebut,
tetapi sesaat kemudian ada suara dari dalam
“Baiklah, tetapi sebelum mimpi kita terwujud kita tidak akan bertemu satu sama
lain, kita hanya akan berkomunikasi melalui SMS dan telpon saja setuju?”
“baiklah” ucapku
“itu adalah janji lo”
“oke”
setelah itu kami pergi ke rumah masing masing. Dalam perjalanan pulang Sagas
tersenyum padaku dan berkata “ sukses bro”
“jadi itu pernyataan yang kau maksud?” tanyaku
“yaa bisa di bilang begitu sih’
“okelah kalau begitu sampai ketemu di sekolah besok ya”
“oke, bye” ucap Sagas. Aku langsung pergi ke rumahku dan tidur untuk menyambut
hari esok.
Keesokan harinya aku
siap siap untuk ke sekolah, setelah ke luar dari rumahku aku melihat si Sagas
menungguku di depan rumahku
“ngapain di sini?”
“menjemput patnerku dong”
‘ooo begitu? Langsung jalan aja ayo, nanti telat”
“yo’i Bro”
dalam perjalanan ke sekolah aku dan Sagas berbicara tentang rencana pembuatan
mesin tersebut
tentu saja kita memulai dari hal kecil, seperti menekuni pelajaran di sekolah,
mencari cari refrensi tentang penyatuan dunia Virtual dan dunia nyata, serta
menciptakan berbagai macam mesin percobaan
tiap hari kami lalui dengan kerja keras agar mimpi kami terwujud. Targetku
adalah menyelesaikan mesin ini pada saat aku berumur 18 tahun, tetapi dengan
berbagai macam kendala jadi aku tidak bisa menyelesaikannya pada umur 18 tahun.
Hingga saatnya pada saat perpisahan di mana aku bimbang untuk menanyakan
sesuatu ke Andin, mengingat janji kita yang tidak akan bertemu sampai mimpi
kita terwujud. Lalu Sagas menasihatiku dan berkata
“pergi sekarang atau kau akan merasakan penyesalan seumur hidupmu”
aku langsung pergi ke rumah Andin. Sesampainya di sana aku bertemu dengan andin
di pintu gerbang rumahnya. Mata kami bertatapan dalam waktu yang cukup lama,
kami terdiam berberapa saat lalu suaraku memecah keheningan
“tentang mimpi kita, mau kah kau menunggu kami?” Tanyaku
“Akan ku tunggu, sampai kapanpun tetap ku tunggu” jawabnya. Lalu kami bertukar
nomor ponsel dan berpisah lagi. Aku dan Sagas memasuki Universitas yang berbeda
untuk mewujudkan mimpi tersebut. Aku bersekolah di sekolah kedokteran dan Sagas
di sekolah tekhik. Setelah 4 tahun berpisah akhirnya kami bertemu lagi sesuai
janji masing masing. Kami memulai lagi membuat tehknologi fulldive dengan
tingkatan yang berbeda dari pada kami SMA dulu. Kali ini kami bersungguh
sungguh dalam pembuatannya. Setelah hampir 2 setengah tahun akhirnya kami
berhasil menciptakan tehknologi fulldive tersebut dengan segala upaya dan kerja
keras yang kami curahkan ke alat ini
“ini adalah mimpi sekaligus masa depan kami” kata Sagas
“benar sekali Gas”
“kenapa kau tidak memberi tahu si andin?”
“oh ya, aku akan memberi tahunya”
setelah itu aku langsung menghubungi Andin dan memberi tahukannya tentang hal
ini. Andinpun langsung menangis bahagia dan terdiam sejenak. Aku memutuskan
untuk berbicara agar memecah keheningan “ nanti pada saat mesin ini di
publikasikan, aku akan menjemputmu”
“baiklah” jawabnya secara singkat
“mesin ini di publikasikan pada 3 bulan lagi, bisakah kau menunggu sedikit
lebih lama?”
“kan sudah aku bilang, aku akan tetap menunggumu”
hari demi hari ku lewati dengan normal, aku tidak sabar menunggu publikasi
Fulldive tersebut. Bukan hanya karena publikasinya, tetapi karena mimpi kami
semakin dekat seiiring berjalannya waktu. Tiba saatnya ketika mesin itu di publikasikan
dan aku pergi ke rumahnya Andin untuk menjemputnya
setibanya di rumahnya aku mengajak Andin pergi ke suatu tempat yang menurutku
bagus. Tetapi mengingat perkataan Sagas “ tidak penting tempatnya, yang penting
suasanya yang bisa membuat kembalinya kenangan kalian” spontan aku langsung
berputar arah dan pergi ke rumah lamanya Andin
di sama kami saling membicarakan perjalanan hidup kami, sungguh moment istimewa
yang ku lalui
hingga saatnya ku lamar si Andin. Andinpun menerimanya dan kami akhirnya menikah
itulah kisah ku dalam menggapai mimpi dan menepati janji ku. Ingatlah bahwa
jika ada kemauan yang keras, maka sesulit apapun jalan yang kau lalui pasti
akan ada jalannya.
~TAMAT~
NP:
Jika ingin mendapatkan cerita lengkapnya tolong hubungi Gusprim MIA 2 thx
NAMA : IDA BAGUS NARARYA P. A
KELAS : XI MIA E 2